Monday, August 23, 2010

sikkim, india


Incredible India



Himbauan Pertama, selalu waspada kalau masuk negara yang satu ini.

Himbauan Kedua, jangan percaya sama pejabat dari tingkat kroco sampai petinggi.

Himbauan Ketiga, hati-hati bila berurusan sama yang judulnya polisi, tentara, petugas imigrasi dan atau yang sejenisnya.

Himbauan Keempat, jangan bepergian ke India terutama ke Sikkim pada waktu Monsoon. Nggak enak banget. Hujan dimana-mana.


Peringatan Pertama, hati-hati kalau merokok di tempat umum. Pastikan anda melihat ada penduduk lokal yang juga sedang merokok.

Peringatan Kedua, di seluruh wilayah Sikkim merokok di tempat umum adalah hal terlarang, tanpa kecuali.

Peringatan Ketiga, masuk wilayah Sikkim memerlukan surat keterangan atau ijin yang dikeluarkan oleh Tourism Department Goverment of Sikkim dan dapat diperoleh dengan mudah tanpa dipungut bayaran di kantor-kantor Tourism Information Centres.

Peringatan Keempat, pastikan passport anda dicap stempel masuk di check post pertama pada waktu masuk dan dicap stempel keluar di check post pertama pada waktu keluar dari wilayah Sikkim.

Peringatan Kelima, masuk wilayah Sikkim Utara harus memiliki surat keterangan atau ijin khusus lain yang bisa diperoleh dengan mudah tanpa bayaran dari kantor-kantor Tourism Information Centres di wilayah terdekat.

Peraturan Keenam, ingat baik-baik himbauan dan peringatan diatas kalau nggak mau berurusan sama polisi dan penjara.

Cape deeeeh... Emang! Tapi percaya deh, apa yang gue tulis di atas itu nggak gue dapet pada waktu mengurus visa di Kedutaan Besar India di Jakarta atau pun di website-website perjalanan India dan Sikkim. Sebelum berangkat seperti biasa gue pasti browsing sampe mata merah berair, jari tangan kaku dan kaki bentol-bentol digigitin nyamuk dan gue yakin nggak nemu tuh tulisan seperti di atas.

Yang lucu waktu di airport New Delhi mau balik ke Doha. Gue ketemu turis jerman yang geleng-geleng kepala ngeliat paranoidnya tentara yang dengan ketat mengawasi masuknya calon penumpang dan dia berucap "You know what, in the websites they say all Indian people are doing yoga every where. I've been here for 3 weeks and I found no one.. noooo one..!". Dengan ketawa ngakak yang nggak bisa ditahan gue jawab "Well, this is India. Incredible India...".

Bener-bener Incredible India..!


Dilarang Merokok (tidak) baik untuk... gue!!

Bener-bener bencana. Di Singapur juga orang nggak boleh ngerokok sembarangan, tapi kita masih bisa dengan mudah menemukan asbak segede gerbong kereta buat tempat para penganut pola hidup tidak sehat untuk ngumpul ngerokok. Di New Delhi bener-bener susah. Yang paling aman liat dulu sekeliling kalo ada penduduk lokal (gampang banget ngenalinnya) yang lagi ngerokok gue pasti nimbrung. Atau masuk restoran yang menyediakan kamar-kamar khusus yang bebas untuk ngerokok.

Di Sikkim lebih parah lagi. Peraturan mengenai merokok bener-bener ketat, melebihi wilayah lain di India. Sikkim memang wilayah dengan otonomi khusus, menerapkan aturan dan hukum yang agak lain dan (agak) bikin repot.

Setelah 31/2 jam perjalanan dengan taksi (angkot berupa jeep yang diisi 10-14 penumpang umpel-umpelan) dari Siliguri, turun di Namchi gue langsung ngerokok. Semua orang langsung ngeliatin dan temen gue dengan panik nyuruh gue matiin rokok. Ya panik lah, wong ada peraturannya mana ketat lagi. Salah sendiri, kenapa nggak ngasih tau dari tadi.

Dengan peraturan seketat itu bukan berarti penduduk Sikkim bebas rokok. Percaya apa nggak, dari sepuluh orang yang gue kenal, delapan diantaranya adalah perokok. Yang lebih miris buat gue, perempuan perokok melakukan kegiatan yang menyenangkan ini dengan sembunyi-sembunyi. Suaminya atau pacarnya aja nggak boleh liat apa lagi orang lain yang nggak kenal. Kesian deh mesti jaim gitu... Abis ngerokok terus sibuk kipasan dan makan permen biar nggak kecium baunya. Kadang malah mereka ngemut acar bawang. Amit-amiiiiit...


Turis Gelap alias Ilegal

Dari tiga tahun lalu gue emang udah pengen banget ke India, tapi bukan ke Delhi atau Mumbai atau kota besar lain. Gue pengen ke Sikkim. Banyak yang masih bertanya-tanya emang ada ya daerah Sikkim di India? Ada. Letaknya di ujung utara India berbatasan dengan Nepal, China dan Bhutan. Sikkim sebelum bergabung dengan India adalah negara kerajaan. Bahasa yang digunakan adalah Nepali bukan Hindi seperti kebayakan wilayah India lainnya. Sebagian besar penduduk memeluk ajaran Budha. Karna letaknya yang mepet dempet dengan tiga negara tadi, raut muka, tingkah laku, adat istiadat dan kebiasaan orang-orangnya pun berbeda 180 derajat dengan orang India dari wilayah lain. Penduduk Sikkim berpostur sedang dengan kulit terang, rambut hitam lurus, mata sipit, berpembawaan jujur dan gembira. Lebih menyerupai orang Mongol dan Nepal.

Dari Doha gue terbang (dengan pesawat) 31/2 jam ke New Delhi lalu dilanjutkan dengan penerbangan 2 jam ke Bagdogra di Siliguri. Siliguri di West Bengal adalah merupakan daerah perbatasan dan pelabuhan udara terdekat dan terahir sebelum masuk Sikkim. Dari Siliguri bisa langsung ke Gangtok Sikkim Timur dengan taksi 4 jam perjalanan atau daerah-daerah lain.

Kali ini tujuan gue adalah Namchi, Sikkim Selatan yang ditempuh selama 31/2 jam pake taksi. Jangan keliru mikir. Taksi disini artinya angkot, jeep buatan India dengan daya tampung 10-14 penumpang. Sesek rapet. Kalau ngantuk dan ketiduran kepala bisa dempet kayak kembar siam.

Sesuai dengan peringatan ketiga diatas tadi, semestinya sebelum masuk wilayah Sikkim gue sudah harus mengantongi surat ijin masuk dan mencap masuk passport di check post perbatasan. Tapi gue nggak tau dan temen gue yang orang asli Sikkim pun nggak tau. Hebat..! Tanpa perasaan bersalah dan firasat buruk gue tembus perbatasan. Hebatnya lagi, supir taksi pun nggak berhenti buat nurunin gue ngecap passport. Jadi dalam hal ini nggak ada satu pun pihak yang bisa ditunjuk bersalah.

Aman sentosa tanpa kekurangan sesuatu apa pun sampe lah gue di Namchi. Ternyata perjalanan belum berakhir. Masih harus naik taksi dempet rapet sejam lagi ke Ravangla atau Rabongla yang letaknya lebih ke atas. Ya ampun...

Hari ke empat gue di wilayah Sikkim baru lah ngerti kalau gue wajib punya surat ijin plus stempel khusus di passport. Agak panik dan deg-degan juga. Sebab cuma kira-kira 2 minggu sebelumnya ada dua warga negara asing yang masuk penjara gara-gara nggak punya surat. Untungnya gue ketemu teman-teman yang siap sedia ngebantuin. Besoknya gue dibawa ke salah satu kantor TIC yang jaraknya 3 jam dengan mobil. Gue nggak punya pas photo, copy visa India dan satu-satunya foto copy passport yang gue pegang udah lecek. Tapi memang teman-teman gue jempolan semua. Gue disuruh duduk manis dan mereka yang urus semua termasuk minta stempel di check post. Beres. Gue punya ijin tinggal buat seminggu lagi.

Jangan sekali-sekali kepikir nyoba masuk Sikkim tanpa surat ijin dan stempel di passport..!


Panas.. Dingin.. Panas.. Dingin.. Panas..

Beda dengan Delhi dan Siliguri yang panasnya amat sangat, Namchi jauh lebih sejuk, bersih dan udara segar bisa langsung kecium. Ravangla? Jauh lebih sejuk, bersih dan menyegarkan dibanding Namchi. Hehehe... kesampaian juga menginjakkan kaki gue di Sikkim.

Semalem di Siliguri sumpah mati gue kangen AC. Puanas dan lembab minta ampun. Gue tidur di rumah saudaranya temen gue itu yang kamarnya cuma berjendela minimalis alias kecil banget dan non AC plus seprei tebal berbulu dan selimut. Siapa yang perlu selimut panas-panas begitu..?!! Pagi-pagi gue udah bangun karna berasa sumpek banget. Begitu melek gue takjub, karna ternyata kamar itu berisi 5 orang. Pantesaaaaan...

Beda lagi begitu gue sampai di Ravangla. Sore itu kabut tebal dan hujan gerimis. Asiiiik... Dingin meskipun nggak brutal seperti waktu trekking di Nepal dulu. 3 hari di Ravangla matahari cuma ngintip-ngintip sebentar doang selebihnya hujan melulu, kabut melulu, dingin melulu. Gue nggak perlu AC karna udara sejuk disana merupakan AC alam terbaik sedunia. Nah.. Silahkan bayangin gimana rasanya pas musim dingin karna disana yang namanya heater kurang populer.

Turun ke Bermiok sampe disana udah sore dan udara terasa sejuk. Nggak ada masalah buat tidur karna suhunya pas-pas aja. Tapi kalo siang wuiiiih matahari ngeluarin sinar pol-polan yang berarti panasnya juga mentok. Kalo nggak mau terkena serangan sakit kepala gue anjurkan selalu payungan. Panasnya bikin kulit perih dan keringet gue udah kayak keran jebol, ngocor nggak bisa distop. Kaos yang gue pake dan saputangan handuk gue sampe bau asem keringet. Jijay nggak seeeh..!

Dari Bermiok naik lagi ke Gangtok. Sejuk. Puji Tuhan. Gue rasanya udah cape dapet panas lembab dan keringetan melulu. Kota ini bisa dibilang nempel di punggung gunung dengan ketinggian lumayan, jadi mau pagi, siang, sore atau malem ya udaranya tetep enak. Nggak bikin cape.

Balik lagi ke Ravangla 2 hari ujan-ujanan, setelah itu gue numpang lewat di Siliguri karna mau balik lagi ke New Delhi. 4 jam di dalem taksi tanpa penyejuk udara bikin gue basah kuyup. Di Delhi gue musti nunggu penerbangan balik ke Doha 8 jam. Untung ada temen yang jemput, ngajak keliling dan makan malem. New Delhi panasnya lebih mematikan. Nggak tahan gue.. Panaaaaaas...!

Mangkanya jangan pergi kalo lagi monsoon.. Waktu terbaik buat jalan kesana antara bulan Maret - Mei atau Oktober - Desember.



Mereka pikir gue kriminal kali

Gue memang baru menginjakkan kaki di beberapa negara doang. Nggak banyak. Tapi dari yang nggak banyak itu, gue ngerasa India kelewatan. Apesnya, muka dan kulit yang gelap ini plus tampilan gue jauh banget berbeda dari turis negara barat. Apesnya lagi, karna hal itu sering banget gue diplototin polisi atau tentara sembari mereka nyerocos dalam bahasa Hindi. Biasanya gantian gue yang mlotot dan teriak "I don't understand. I'm not Indian. I am Indonesia.. IN DO NE SI A.. INDONESIA!".

Yang lebih parah kalau mau masuk airport. Tentaranya berlapis-lapis dan mereka semua bawa senjata. Lapisan pertama pemeriksaan kondisi mobil. Lapisan kedua pemeriksaan penumpang. biasanya mereka teriak minta passport dan tiket. Lapisan ketiga di pintu masuk terminal keberangkatan, passport dan tiket sekali lagi diliat. Musti sesuai nama, foto, tujuan, hari, bulan, tanggal, tahun.

Gue agak sedikit bermasalah dengan tiket. Meskipun tiket gue bertanggal tapi sebenernya statusnya open dan tinggal konfirmasi ulang pake kode booking melalui telpon tanpa minta print out terbaru. Dua tentara di pintu masuk marah-marah karna tanggalnya nggak sesuai. Udah gue jelasin baik-baik mereka nggak terima dan tiba-tiba nyerocos pake bahasa Hindi sambil ngeloyor ke dua tentara yang lain. Dan gue terpaksa ngasih penjelasan ulang. Dia melotot gue melotot, dia ngotot gue juga ngotot. Kerennya dua tentara yang terahir cuma gedek-gedek kepalanya kiri kanan. Maksut loooooo..?! Ahirnya gue boleh masuk tuh..

Masuk ke passport control pun pintunya dijaga tentara bersenjata lengkap. Naaaah.. petugas imigrasinya juga nggak kalah ajaib. Orang lagi ngantri bisa diliatin, diplototin sampe salah tingkah. Orang di depan mejanya bisa dicuekin nggak tau dia ngerjain apa, ditinggal ngobrol sama temennya atau bener-bener mereka beranjak dari kursi dan kita cuma bisa melongo bingung mau ngapain. Aneh. Dari segitu banyak negara, cuma di India gue ketemu petugas imigrasi yang ajaib gitu.

Security check buat hand bagage juga nggak kalah serem. Mereka sekali lagi nyerocos pake bahasanya yang gue nggak ngerti secuil pun, nggak lupa pake mata melotot plus jari ngacung-ngacung. Ternyata karna di backpack gue ada korek api gas dan musti dibuang. Ngobrol doooong...

Hand bagage musti dikasih tag yang nantinya akan distempel, ditanda tangan dan diperiksa dua tiga kali lagi sebelum kita masuk ke pesawat.

Gue itung-itung, dari mulai taksi masuk area airport sampe gue bisa taro pantat dengan lega di pesawat, semuanya ada 7 lapis pemeriksaan. Nggak pernah gue temuin di negara lain kecuali negara itu lagi perang gila-gilaan dan kecuali di India. Perlu dicatat bahwa gue belum pernah masuk ke suatu negara yang sedang perang gila-gilaan.


Momo paling enak sedunia, cabe yang pedasnya mengalahkan sendal jepit

Momo itu seperti dimsum atau somai. Pilihannya bisa cincangan daging babi, sapi, ayam, sayuran atau kentang yang dicampur dengan banyak bawang dan dibungkus kulit yang terbuat dari adonan tepung. Biasanya disajikan dengan sambal dan sup encer yang nggak ada rasanya.

Momo pertama sebetulnya gue peroleh waktu gue di Nepal. Rasanya bener-bener selangit. Nah.. begitu gue sampai di Namchi dan ditawarin momo ya udah pasti nggak gue tolak lah. Gue pesan steam momo isi daging babi. Comot, cocol sambel, hap, megap-megap. Masih panas momonya hehehe... Setelah itu, lidah gue mengenali sensasi rasa yang luar biasa, tak ada taranya. Kawan, ternyata momo ini rasanya lebih dari selangit.

Di Ravangla, kebetulan teman orang tua teman gue punya rumah makan yang juga menyajikan momo. Suguhan pertama begitu gue sampe teh susu panas dan apa lagi kalau bukan momo. Begitu tersaji mata gue langsung melotot, momo yang ini punya ukuran diatas rata-rata. Comot, cocol sambel, tiup-tiup dulu dan hap. Ya ampun... Ya ampun... Momo buatan ibunya teman gue ini mengalahkan apa yang udah gue makan sebelumnya. Enaknya empat tingkat diatas selangit.

Sampai sekarang gue berpendapat nggak ada yang bisa ngalahin momo dari Sikkim.

Pernah denger pepatah lama yang mengatakan "Kalau kurang pedes, tampar aja pake sendal jepit"..? Cukup satu gigitan cabe di sikkim dan gue nggak perlu sendal jepit.


Monastery-monastery

Monastery nggak ada abisnya. Dari yang ukuran kecil sampai ukuran besar. Dari yang umurnya puluhan tahun sampai ratusan tahun. Dari yang harus dicapai melalui jalan setapak kecil sampai jalan beraspal keras dan lebar. Dari yang cuma punya 2 pendeta sampai yang puluhan bahkan ada sekolahnya. Satu hal yang sepertinya sama, biasanya monastery dibangun di atas bukit.

Di Ravangla gue pergi ke manastery besar yang sedang direnovasi dan diperluas. Diharapkan selesai tahun 2012, komplek monastery ini akan jadi yang terbesar dan memiliki patung Budha tertinggi di Asia.

Setelah itu giliran Guru Rinpoche Monastery di Namchi. Cukup besar dengan patung Guru Rinpoche yang guede banget.

Berikutnya monastery di Bermiok. Monastery kecil, cuma ada satu pendeta tua yang mengepalainya dan satu murid yang pada waktu gue berkunjung sedang menghafalkan padma. Monastery yang umurnya sudah lebih dari 150 tahun ini letaknya terpencil di atas bukit, mulai ditinggalkan dan hampir dilupakan dan kekurangan dana perawatan. Pondok-pondok meditasi yang letaknya agak di bawah keliatan mulai rusak karna nggak kerawat dan sudah nggak lagi digunakan.

Monastery terahir yang gue kunjungin ada di Gangtok, Rumtek Monastery. Berbanding terbalik dengan yang ada di Bermiok, monastery ini betul-betul besar. Pintu masuknya pun dijaga oleh 3 orang tentara dan disini mereka minta passport gue buat diperiksa. Betul. Passport dan dokumen perjalanan gue diperiksa. Untung aja gue udah punya cap masuk Sikkim. Kalo nggak....

Kenapa Rumtek monastery dijaga segitu ketatnya? Karna monastery dengan ajaran Budha Tibet atau Tibetan Buddhist ini bisa dibilang tempat pelarian pendeta-pendeta Tibet. Biar lebih mudah dan gue nggak perlu capek-capek nulis disini, gue kasih link buat baca sejarah komplitnya http://en.wikipedia.org/wiki/Rumtek_Monastery. Yang hebatnya lagi, monastery ini mendapat bantuan secara tetap dari Steven Siegel. Iyaaaa pemain film ituuuu...

Di komplek ini ada sekolah untuk para calon pendeta lengkap dengan asrama. Besar banget, karna menampung lebih dari 200 pendeta dan calon pendeta.


North Sikkim

North Sikkim, daerah pegunungan, jadi tujuan perjalanan gue berikut. Sabar yaa.. Khancengjunga ada disana. Kaki-kakinya aja pasti keren banget.

Perjalanan kali ini belum selesai karna gue belum sampai ke utara.. Sayang. Tapi masih ada lain hari..



Jadi, sampai jumpa di Sikkim Utara.

Ada yang berminat jalan bareng?



...




1 comment: