Thursday, June 25, 2009

-- g u r u --



GURU. sebetulnya apa sih pengertian dari guru itu?

kata ini hampir setiap hari keluar dari mulut kita. apa lagi buat mereka yang masih menyandang status pelajar. saking seringnya kata ini diucapkan, kita sudah tidak lagi begitu mementingkan artinya.

jujur, sebenernya pun gue gak perduli dengan arti atau pengertian dari sebuah kata ini. sampai beberapa hari lalu gue berkesempatan hadir di acara wisuda anak gue yang barusan lulus sekolah menengah. hebat kan.. hari gini bukan cuma mereka yang sudah susah payah menyelesaikan pendidikan tinggi aja yang pake acara wisuda begitu lulus. percaya atau nggak, taman kanak-kanak pun menggelar acara ini, lengkap dengan toga segala macem. persis seperti mereka yang mendapat gelar sarjana.

kembali ke awal. gue coba cari apa sih pengertian guru sebenarnya? acuan yang gue dapet cuma dari wikipedia versi bahasa Indonesia karna gagal menemukan - setelah berusaha sepelan mungkin cari - kamus bahasa Indonesia di kamar anak gue. ini udah hampir pagi kawan! gak mungkin gue bangunin anak gue untuk sebuah kamus bahasa Indonesia.
menurut wikipedia versi bahasa Indonesia yang gue kutip membabi buta tanpa merubah, menambah atau pun mengurangi, kata guru berasal dari bahasa Sansekerta. pengertiannya adalah seorang pengajar suatu ilmu. guru umumnya merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. fiiiuuuuu.....

jaman gue sekolah dulu, gue punya definisi sendiri dan bisa dipastikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti. guru sama dengan asik atau nggak asik! betul. yang ada di kepala gue memang itu adanya. yaaa.. gue tau lah tugas guru adalah bla..bla..bla... tapi buat gue yang nggak kalah pentingnya dari tugas seorang guru adalah bagaimana cara mereka menyampaikan pengajaran supaya bisa diterima dengan baik dan benar olah anak didiknya.

diluar dari apa dan bagaimana cara para guru menyampaikan suatu ilmu, buat gue seorang guru memang betul-betul bernyali besar. nggak kalah sama tentara yang maju ke medan perang. bayangin aja, bukan cuma harus menghadapi tingkah polah anak didik yang bisa dibilang 90% amit-amit nyebelin (yaaa gue sih masuk yang 10% lah.. eheeemmmm....) para guru ini pun harus pusing kepala putar cara mengatasi sulitnya hidup.

sobat, gue bicara tentang guru sekolah negri yang ada entah di suatu tempat di negeri ini. bukan guru-guru sekolah swasta berbasis internasional. mungkin bisa jadi bahan pemikiran, bahwa banyak guru-guru di Indonesia tercinta ini tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya sendiri ke jenjang pendidikan tinggi. ironis? begitu lah adanya.

pernah gue ketemu seorang guru perempuan berkerudung. setelah ngobrol dua bentar tentang beberapa hal, tercetus dari mulut ibu guru ini kalimat yang bikin gue miris.
"Di Indonesia profesi guru betul-betul dihargai. sebegitu dihargainya sampai kami dibuatkan lagu Himne Guru, yang kerap dinyanyikan kalau ada acara yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Tapi sayang, lagu itu tidak bisa dipakai untuk menyekolahkan anak kami setinggi anak didik kami"

ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
untuk bekal ku nanti

setiap hari ku dibimbingnya agar tumbuh lah bakat ku
kan ku ingat selalu nasihat guru ku
trima kasih ku ucapkan

.....
nah seiring dengan berkembangnya pola pikir yang udah nggak lagi sepesat dulu, buat gue guru bukan lagi satu sosok yang berdiri di depan kelas mengajarkan ilmu. bukan cuma sebentuk manusia.
ilmu bisa didapet dimana aja, kapan aja, oleh siapa aja, dari mana aja dan untuk siapa aja. mmmmm.. seperti iklan coca cola.
tapi bener deh.. dunia ini - yang udah nggak lagi selebar dulu karna manusia dimana-mana - penuh dengan guru dan ilmu. banyak banget. kita bisa dapet apa pun yang kita mau. nggak perlu punya indra ke enam buat dapetinnya dan gratis, nggak bayar, cuma-cuma. modalnya cuma apa yang kita punya untuk menyerap dan menyebar. sesuatu yang bukan hal buat kita belum tentu buat orang lain, sesuatu yang bukan hal buat orang lain belum tentu buat kita.
kalo masih nggak percaya juga, gue punya resep yang bisa gue bagi. gampang kok dan gratis.
buka mata dan telinga lebar-lebar. lihat dan dengar.
gunakan mulut bukan cuma untuk proses 32 kali mengunyah dan menelan.
pakai tangan dan kaki untuk menghasilkan sesuatu.
siapkan hati dan pikiran untuk menyerap dan memilah, sebarkan..
...

Monday, June 15, 2009

b.o.g.o.r

Photobucket

Rencana perjalanan ke Bogor dengan beberapa teman kali ini sungguh bikin gue agak deg-degan... nggak usah melongo gitu dong! ya..ya.. gue tau kalian semua pasti mikir "halah cuma ke Bogor doang, apa juga yang bikin deg-degan. yang enggak-enggak aja."

Nggak ada yang aneh dengan kota Bogor, selain tambah padat dan tambah macet.. Julukan sebagai kota hujan pun masih melekat, sekarang malah ada tambahan yel-yel 'Hujan di Bogor Banjir di Jakarta, yaaay'..

Nggak ada yang salah juga dengan beberapa teman. Meskipuuun.. 4 dari 5 orang adalah teman baru.. Ya, gress, fresh from the oven. Belum pernah ketemu, belum pernah telpon-telponan, nggak tau mukanya kayak apa. Loh kok berani-beraninya jalan bareng orang yang belum kenal? Oh mungkin itu yang bikin deg-degan.. Salah. Nggak tepat.

Photobucket


Oke, pasalnya begini... 5 orang teman ini, semuanya adalah pecandu. Hah?? drugs, narkoba, minuman keras? Masya Allah!! Gue tau pasti itu yang ada di kepala kalian. Hahahaha... salah lagi. Mereka emang pecandu, tapiiiii... kecanduan motret. Udah jelas sekarang? Ah don't be so paranoid deh.. Iya mereka semua pecandu motret dan gue udah mulai keseret-seret nih.. Itu yang bikin gue deg-degan dan senewen.

Oke, pasal keduanya begini. Meskipun gue penggemar berat fotografi dan tergila-gila ngeliat foto yang bagus dan keren setengah mati, sudah mempersenjatai diri dengan kamera super keren canggih dan lensa aduhai, aslinya gue adalah orang yang baru mulai belajar untuk memotret dengan baik dan benar. Bayangin aja, bikin suatu objek fokus aja belom bener kok, cari sesuatu yang bisa dipotret dan jadi menarik aja belum dapet kok, tiba-tiba gue diajak untuk ketemu, jalan dan motret bareng para maestro. Iya bener, maestro. Kalo liat foto-foto mereka bikin perut gue melilit, sumpah! Ngiri sejadi-jadinya dan nggak terima. Hari itu yang gue rasa adalah melilit sejadi-jadinya dan mahadaya senewen hahaha...


Photobucket

Jam 7 pagi gue udah nunggu di halte bis di bawah jembatan penyebrangan di seberang kampus UKI. Janjian ketemu dengan 2 orang teman lain. Sudah bersama gue dan satu-satunya orang yang gue kenal, kak Unggul sang pejalan dunia, yang foto-fotonya dijamin bikin kalian nangis sesengukan meratapi nasib nggak bisa dapet kesempatan keliling dunia. Duuuhh...

Setelah 15 menit muncul satu orang, tinggi, kurus, poni nyamping. Ah ternyata mister Diwa legenda sang capung.. Foto-foto mister yang satu ini selalu bikin orang ngucek mata takjub dan bikin orang minder karna merasa punya cara pandang yang sempit banget dan buta dengan sekeliling.

Berikut muncul satu orang lagi, berkaca mata dan keliatan banget baru bangun tidur, senyum-senyum. Hehe.. mas Anas dengan foto kelinci gibo (gigi bobo, nongol dua biji). Liat foto-foto mas yang satu ini, percaya deh, kalian akan ngerasa seumur hidup nggak punya ide. Sesuatu yang nggak penting, dipotret, tiba-tiba jadi sesuatu yang bikin kita tersenyum dan garuk-garuk kepala.


Photobucket

Off we go. Bogor here we come..
Perjalanan ke Bogor jadi nggak terasa. Banyak yang bisa jadi bahan omongan dan bahan ketawa. Deg-degan gue menurun satu step. Tarik napas dulu aaaah...
Masuk kota, langsung telpon 1 teman lagi yang memang menetap di Bogor untuk menentukan tempat pertemuan. Disepakati untuk menuju dan menunggu di Taman Kencana. Seperti apa taman itu gue nggak tau karna memang belum pernah sekalipun denger namanya. Ternyata tamannya kecil aja kok tapi hari itu ramai. Sedang ada pameran foto-foto kota Bogor tempo dulu. Di sekeliling area taman banyak banyak tenda-tenda penjual makanan, penjual mainan, tukang balon, penjual stiker dan pengunjung pun banyak. Yah singkat kata, taman itu rame.


Photobucket

Masuk area taman, pegang kamera, tiba-tiba aja gue dapet serangan panik.. deg-degan dan senewen gue naik 3 step!! Gila, I am surrounded by 3 orang biang foto. Maestro. Dan akan ada tambahan 2 orang lagi biang foto yang bikin gue merasa jadi orang paling susah sedunia.. Tapi ini lah gunanya selama ini gue belajar yoga teman-teman. Gue tarik napas dalem-dalem, hilangkan bayang-bayang mereka. Keep walking, keep jepret hahaha... (harap ketawanya dilafalkan dengan intonasi suara sengau-sengau merana).

Sambil nunggu gue langsung motret. Apa aja yang keliatan di mata gue. Dari yang 'kayaknya' penting sampe nggak penting. Dari yang 'kayaknya' menarik sampe nggak menarik. Primbon gue mengatakan "Dari 100 kali motret, mungkin cuma 1 atau 2 yang akan jadi". Ampuuuunnn...


Photobucket

Nggak lama keliatan satu orang dengan cengiran lebar. Gue liat mereka bertiga saling jabat tangan dan tebar cengir.. Om Ulez datang, the Vitamine man. Hahahaha... mohon maaf nih om, setiap kali liat foto-fotonya om Ulez, apa pun dan gimana pun bentuk fotonya, gue pasti nggak pernah bisa nahan diri untuk ketawa. Saat itu pun gue udah ketularan nyengir selebar-lebarnya mulut gue bisa terbuka. Aaah.. ternyata si om bersama mbak Teti istrinya dan Syafa anaknya. Nyengir gue makin lebar bahagia.

Sambil sarapan, ngobrol ngalor ngidul, motret-motret, mister Diwa baby sitting Syafa dan sebagainya, pagi itu berasa asik dan seru.

Photobucket


Belum komplit, karna masih ada 1 teman lagi yang hukumnya wajib ketemu. Udah waktunya meninggalkan taman menuju tempat pertemuan berikut. Syafa nangis. Air sabun buat gelembung tiupnya tumpah, kena baju dan sisanya musti ditinggal di parkiran karna takut tumpah lebih lanjut.. huaaaahhh... bunda kebagian merayu dengan segala macem gaya.. keren ah..

Kampung Sunda di daerah Cibogel tujuan berikut. Di tengah jalan mobil musti berhenti karna teman yang terahir ini nunggu di depan rumah bersalin! Astaga, gue pikir sambil nunggu entah siapa yang mau melahirkan trus sempet-sempetin buat ketemu kita, ternyata itu cuma meeting point. Adaaaa aja..


Photobucket

Oke, buat yang satu ini gue musti terangin dulu sedikit. Beliau ini suka sekali mengawinkan beberapa foto yang berlainan jadi satu kesatuan yang hasilnya selalu di luar dugaan dan menakjubkan. Selama ini yang terbayang di benak gue, pembuatnya berpostur besar dan sangar, rambut keriting diwut-diwut, suara membahana. Hari itu gue gosok pencitraan gue dengan penghapus karena apa yang gue bayangin salah semua! Nggak ada satu pun yang bener.
Mas Desi tukang foto itu biasa dipanggil (dari namanya pun udah menjebak, karna sebelumnya gue kira perempuan), berperawakan kecil, suara halus dengan logat jawa yang kental, santun. Semua bertolak belakang dengan hasil foto-fotonya. Bener apa kata orang "Never judge the book by it's cover".

Photobucket


Keliling puter-puter kampung Sunda, nggak berasa udah siang. Hari itu Bogor bukan kota hujan karna panas terik. Kulit gue mulai terasa kebakar karna cuma pake t-shirt lengan pendek. Untungnya nggak sampe bau gosong. Nggak takut item? hell with that hehehe..

Dengan janji akan ketemu lagi lain waktu kita pisahan sama mas Desi dan Panji anaknya. Mister Diwa dan mas Anas harus ada di jakarta lagi siang itu. Sebentar... sebelum kembali ke Jakarta kita ditraktir makan siang dulu sama om Ules. Sop buntut dan mendoan mbak Par.. Hmmmm.....


Photobucket

Sekali lagi dengan janji untuk ketemu lain waktu, kita pisahan sama om Ules, bunda dan Syafa di samping kampus ITB.

Terahir banget dan sekali lagi dengan janji ketemu secepatnya, gue dan kak Unggul musti dadah-dadah sama mister Diwa dan mas Anas di tempat kosnya.


Lalu apa yang gue dapet dari perjalanan ini?
Tarik napas, keep walking, keep jepret hahaha...
Lebih dari itu, gue dapet suasana baru dengan teman-teman yang nemu...
Urusan motret? Ya itu sih nggak ada lain musti dari gue sendiri. Mau tetep jadi pengagum hasil foto dengan mulut melongo atau mau menghasilkan sesuatu..? Yah... semacam itu lah...



: buat kalian dan semua kesan....