Tuesday, November 2, 2010

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



...let's get bored




Monday, August 23, 2010

sikkim, india


Incredible India



Himbauan Pertama, selalu waspada kalau masuk negara yang satu ini.

Himbauan Kedua, jangan percaya sama pejabat dari tingkat kroco sampai petinggi.

Himbauan Ketiga, hati-hati bila berurusan sama yang judulnya polisi, tentara, petugas imigrasi dan atau yang sejenisnya.

Himbauan Keempat, jangan bepergian ke India terutama ke Sikkim pada waktu Monsoon. Nggak enak banget. Hujan dimana-mana.


Peringatan Pertama, hati-hati kalau merokok di tempat umum. Pastikan anda melihat ada penduduk lokal yang juga sedang merokok.

Peringatan Kedua, di seluruh wilayah Sikkim merokok di tempat umum adalah hal terlarang, tanpa kecuali.

Peringatan Ketiga, masuk wilayah Sikkim memerlukan surat keterangan atau ijin yang dikeluarkan oleh Tourism Department Goverment of Sikkim dan dapat diperoleh dengan mudah tanpa dipungut bayaran di kantor-kantor Tourism Information Centres.

Peringatan Keempat, pastikan passport anda dicap stempel masuk di check post pertama pada waktu masuk dan dicap stempel keluar di check post pertama pada waktu keluar dari wilayah Sikkim.

Peringatan Kelima, masuk wilayah Sikkim Utara harus memiliki surat keterangan atau ijin khusus lain yang bisa diperoleh dengan mudah tanpa bayaran dari kantor-kantor Tourism Information Centres di wilayah terdekat.

Peraturan Keenam, ingat baik-baik himbauan dan peringatan diatas kalau nggak mau berurusan sama polisi dan penjara.

Cape deeeeh... Emang! Tapi percaya deh, apa yang gue tulis di atas itu nggak gue dapet pada waktu mengurus visa di Kedutaan Besar India di Jakarta atau pun di website-website perjalanan India dan Sikkim. Sebelum berangkat seperti biasa gue pasti browsing sampe mata merah berair, jari tangan kaku dan kaki bentol-bentol digigitin nyamuk dan gue yakin nggak nemu tuh tulisan seperti di atas.

Yang lucu waktu di airport New Delhi mau balik ke Doha. Gue ketemu turis jerman yang geleng-geleng kepala ngeliat paranoidnya tentara yang dengan ketat mengawasi masuknya calon penumpang dan dia berucap "You know what, in the websites they say all Indian people are doing yoga every where. I've been here for 3 weeks and I found no one.. noooo one..!". Dengan ketawa ngakak yang nggak bisa ditahan gue jawab "Well, this is India. Incredible India...".

Bener-bener Incredible India..!


Dilarang Merokok (tidak) baik untuk... gue!!

Bener-bener bencana. Di Singapur juga orang nggak boleh ngerokok sembarangan, tapi kita masih bisa dengan mudah menemukan asbak segede gerbong kereta buat tempat para penganut pola hidup tidak sehat untuk ngumpul ngerokok. Di New Delhi bener-bener susah. Yang paling aman liat dulu sekeliling kalo ada penduduk lokal (gampang banget ngenalinnya) yang lagi ngerokok gue pasti nimbrung. Atau masuk restoran yang menyediakan kamar-kamar khusus yang bebas untuk ngerokok.

Di Sikkim lebih parah lagi. Peraturan mengenai merokok bener-bener ketat, melebihi wilayah lain di India. Sikkim memang wilayah dengan otonomi khusus, menerapkan aturan dan hukum yang agak lain dan (agak) bikin repot.

Setelah 31/2 jam perjalanan dengan taksi (angkot berupa jeep yang diisi 10-14 penumpang umpel-umpelan) dari Siliguri, turun di Namchi gue langsung ngerokok. Semua orang langsung ngeliatin dan temen gue dengan panik nyuruh gue matiin rokok. Ya panik lah, wong ada peraturannya mana ketat lagi. Salah sendiri, kenapa nggak ngasih tau dari tadi.

Dengan peraturan seketat itu bukan berarti penduduk Sikkim bebas rokok. Percaya apa nggak, dari sepuluh orang yang gue kenal, delapan diantaranya adalah perokok. Yang lebih miris buat gue, perempuan perokok melakukan kegiatan yang menyenangkan ini dengan sembunyi-sembunyi. Suaminya atau pacarnya aja nggak boleh liat apa lagi orang lain yang nggak kenal. Kesian deh mesti jaim gitu... Abis ngerokok terus sibuk kipasan dan makan permen biar nggak kecium baunya. Kadang malah mereka ngemut acar bawang. Amit-amiiiiit...


Turis Gelap alias Ilegal

Dari tiga tahun lalu gue emang udah pengen banget ke India, tapi bukan ke Delhi atau Mumbai atau kota besar lain. Gue pengen ke Sikkim. Banyak yang masih bertanya-tanya emang ada ya daerah Sikkim di India? Ada. Letaknya di ujung utara India berbatasan dengan Nepal, China dan Bhutan. Sikkim sebelum bergabung dengan India adalah negara kerajaan. Bahasa yang digunakan adalah Nepali bukan Hindi seperti kebayakan wilayah India lainnya. Sebagian besar penduduk memeluk ajaran Budha. Karna letaknya yang mepet dempet dengan tiga negara tadi, raut muka, tingkah laku, adat istiadat dan kebiasaan orang-orangnya pun berbeda 180 derajat dengan orang India dari wilayah lain. Penduduk Sikkim berpostur sedang dengan kulit terang, rambut hitam lurus, mata sipit, berpembawaan jujur dan gembira. Lebih menyerupai orang Mongol dan Nepal.

Dari Doha gue terbang (dengan pesawat) 31/2 jam ke New Delhi lalu dilanjutkan dengan penerbangan 2 jam ke Bagdogra di Siliguri. Siliguri di West Bengal adalah merupakan daerah perbatasan dan pelabuhan udara terdekat dan terahir sebelum masuk Sikkim. Dari Siliguri bisa langsung ke Gangtok Sikkim Timur dengan taksi 4 jam perjalanan atau daerah-daerah lain.

Kali ini tujuan gue adalah Namchi, Sikkim Selatan yang ditempuh selama 31/2 jam pake taksi. Jangan keliru mikir. Taksi disini artinya angkot, jeep buatan India dengan daya tampung 10-14 penumpang. Sesek rapet. Kalau ngantuk dan ketiduran kepala bisa dempet kayak kembar siam.

Sesuai dengan peringatan ketiga diatas tadi, semestinya sebelum masuk wilayah Sikkim gue sudah harus mengantongi surat ijin masuk dan mencap masuk passport di check post perbatasan. Tapi gue nggak tau dan temen gue yang orang asli Sikkim pun nggak tau. Hebat..! Tanpa perasaan bersalah dan firasat buruk gue tembus perbatasan. Hebatnya lagi, supir taksi pun nggak berhenti buat nurunin gue ngecap passport. Jadi dalam hal ini nggak ada satu pun pihak yang bisa ditunjuk bersalah.

Aman sentosa tanpa kekurangan sesuatu apa pun sampe lah gue di Namchi. Ternyata perjalanan belum berakhir. Masih harus naik taksi dempet rapet sejam lagi ke Ravangla atau Rabongla yang letaknya lebih ke atas. Ya ampun...

Hari ke empat gue di wilayah Sikkim baru lah ngerti kalau gue wajib punya surat ijin plus stempel khusus di passport. Agak panik dan deg-degan juga. Sebab cuma kira-kira 2 minggu sebelumnya ada dua warga negara asing yang masuk penjara gara-gara nggak punya surat. Untungnya gue ketemu teman-teman yang siap sedia ngebantuin. Besoknya gue dibawa ke salah satu kantor TIC yang jaraknya 3 jam dengan mobil. Gue nggak punya pas photo, copy visa India dan satu-satunya foto copy passport yang gue pegang udah lecek. Tapi memang teman-teman gue jempolan semua. Gue disuruh duduk manis dan mereka yang urus semua termasuk minta stempel di check post. Beres. Gue punya ijin tinggal buat seminggu lagi.

Jangan sekali-sekali kepikir nyoba masuk Sikkim tanpa surat ijin dan stempel di passport..!


Panas.. Dingin.. Panas.. Dingin.. Panas..

Beda dengan Delhi dan Siliguri yang panasnya amat sangat, Namchi jauh lebih sejuk, bersih dan udara segar bisa langsung kecium. Ravangla? Jauh lebih sejuk, bersih dan menyegarkan dibanding Namchi. Hehehe... kesampaian juga menginjakkan kaki gue di Sikkim.

Semalem di Siliguri sumpah mati gue kangen AC. Puanas dan lembab minta ampun. Gue tidur di rumah saudaranya temen gue itu yang kamarnya cuma berjendela minimalis alias kecil banget dan non AC plus seprei tebal berbulu dan selimut. Siapa yang perlu selimut panas-panas begitu..?!! Pagi-pagi gue udah bangun karna berasa sumpek banget. Begitu melek gue takjub, karna ternyata kamar itu berisi 5 orang. Pantesaaaaan...

Beda lagi begitu gue sampai di Ravangla. Sore itu kabut tebal dan hujan gerimis. Asiiiik... Dingin meskipun nggak brutal seperti waktu trekking di Nepal dulu. 3 hari di Ravangla matahari cuma ngintip-ngintip sebentar doang selebihnya hujan melulu, kabut melulu, dingin melulu. Gue nggak perlu AC karna udara sejuk disana merupakan AC alam terbaik sedunia. Nah.. Silahkan bayangin gimana rasanya pas musim dingin karna disana yang namanya heater kurang populer.

Turun ke Bermiok sampe disana udah sore dan udara terasa sejuk. Nggak ada masalah buat tidur karna suhunya pas-pas aja. Tapi kalo siang wuiiiih matahari ngeluarin sinar pol-polan yang berarti panasnya juga mentok. Kalo nggak mau terkena serangan sakit kepala gue anjurkan selalu payungan. Panasnya bikin kulit perih dan keringet gue udah kayak keran jebol, ngocor nggak bisa distop. Kaos yang gue pake dan saputangan handuk gue sampe bau asem keringet. Jijay nggak seeeh..!

Dari Bermiok naik lagi ke Gangtok. Sejuk. Puji Tuhan. Gue rasanya udah cape dapet panas lembab dan keringetan melulu. Kota ini bisa dibilang nempel di punggung gunung dengan ketinggian lumayan, jadi mau pagi, siang, sore atau malem ya udaranya tetep enak. Nggak bikin cape.

Balik lagi ke Ravangla 2 hari ujan-ujanan, setelah itu gue numpang lewat di Siliguri karna mau balik lagi ke New Delhi. 4 jam di dalem taksi tanpa penyejuk udara bikin gue basah kuyup. Di Delhi gue musti nunggu penerbangan balik ke Doha 8 jam. Untung ada temen yang jemput, ngajak keliling dan makan malem. New Delhi panasnya lebih mematikan. Nggak tahan gue.. Panaaaaaas...!

Mangkanya jangan pergi kalo lagi monsoon.. Waktu terbaik buat jalan kesana antara bulan Maret - Mei atau Oktober - Desember.



Mereka pikir gue kriminal kali

Gue memang baru menginjakkan kaki di beberapa negara doang. Nggak banyak. Tapi dari yang nggak banyak itu, gue ngerasa India kelewatan. Apesnya, muka dan kulit yang gelap ini plus tampilan gue jauh banget berbeda dari turis negara barat. Apesnya lagi, karna hal itu sering banget gue diplototin polisi atau tentara sembari mereka nyerocos dalam bahasa Hindi. Biasanya gantian gue yang mlotot dan teriak "I don't understand. I'm not Indian. I am Indonesia.. IN DO NE SI A.. INDONESIA!".

Yang lebih parah kalau mau masuk airport. Tentaranya berlapis-lapis dan mereka semua bawa senjata. Lapisan pertama pemeriksaan kondisi mobil. Lapisan kedua pemeriksaan penumpang. biasanya mereka teriak minta passport dan tiket. Lapisan ketiga di pintu masuk terminal keberangkatan, passport dan tiket sekali lagi diliat. Musti sesuai nama, foto, tujuan, hari, bulan, tanggal, tahun.

Gue agak sedikit bermasalah dengan tiket. Meskipun tiket gue bertanggal tapi sebenernya statusnya open dan tinggal konfirmasi ulang pake kode booking melalui telpon tanpa minta print out terbaru. Dua tentara di pintu masuk marah-marah karna tanggalnya nggak sesuai. Udah gue jelasin baik-baik mereka nggak terima dan tiba-tiba nyerocos pake bahasa Hindi sambil ngeloyor ke dua tentara yang lain. Dan gue terpaksa ngasih penjelasan ulang. Dia melotot gue melotot, dia ngotot gue juga ngotot. Kerennya dua tentara yang terahir cuma gedek-gedek kepalanya kiri kanan. Maksut loooooo..?! Ahirnya gue boleh masuk tuh..

Masuk ke passport control pun pintunya dijaga tentara bersenjata lengkap. Naaaah.. petugas imigrasinya juga nggak kalah ajaib. Orang lagi ngantri bisa diliatin, diplototin sampe salah tingkah. Orang di depan mejanya bisa dicuekin nggak tau dia ngerjain apa, ditinggal ngobrol sama temennya atau bener-bener mereka beranjak dari kursi dan kita cuma bisa melongo bingung mau ngapain. Aneh. Dari segitu banyak negara, cuma di India gue ketemu petugas imigrasi yang ajaib gitu.

Security check buat hand bagage juga nggak kalah serem. Mereka sekali lagi nyerocos pake bahasanya yang gue nggak ngerti secuil pun, nggak lupa pake mata melotot plus jari ngacung-ngacung. Ternyata karna di backpack gue ada korek api gas dan musti dibuang. Ngobrol doooong...

Hand bagage musti dikasih tag yang nantinya akan distempel, ditanda tangan dan diperiksa dua tiga kali lagi sebelum kita masuk ke pesawat.

Gue itung-itung, dari mulai taksi masuk area airport sampe gue bisa taro pantat dengan lega di pesawat, semuanya ada 7 lapis pemeriksaan. Nggak pernah gue temuin di negara lain kecuali negara itu lagi perang gila-gilaan dan kecuali di India. Perlu dicatat bahwa gue belum pernah masuk ke suatu negara yang sedang perang gila-gilaan.


Momo paling enak sedunia, cabe yang pedasnya mengalahkan sendal jepit

Momo itu seperti dimsum atau somai. Pilihannya bisa cincangan daging babi, sapi, ayam, sayuran atau kentang yang dicampur dengan banyak bawang dan dibungkus kulit yang terbuat dari adonan tepung. Biasanya disajikan dengan sambal dan sup encer yang nggak ada rasanya.

Momo pertama sebetulnya gue peroleh waktu gue di Nepal. Rasanya bener-bener selangit. Nah.. begitu gue sampai di Namchi dan ditawarin momo ya udah pasti nggak gue tolak lah. Gue pesan steam momo isi daging babi. Comot, cocol sambel, hap, megap-megap. Masih panas momonya hehehe... Setelah itu, lidah gue mengenali sensasi rasa yang luar biasa, tak ada taranya. Kawan, ternyata momo ini rasanya lebih dari selangit.

Di Ravangla, kebetulan teman orang tua teman gue punya rumah makan yang juga menyajikan momo. Suguhan pertama begitu gue sampe teh susu panas dan apa lagi kalau bukan momo. Begitu tersaji mata gue langsung melotot, momo yang ini punya ukuran diatas rata-rata. Comot, cocol sambel, tiup-tiup dulu dan hap. Ya ampun... Ya ampun... Momo buatan ibunya teman gue ini mengalahkan apa yang udah gue makan sebelumnya. Enaknya empat tingkat diatas selangit.

Sampai sekarang gue berpendapat nggak ada yang bisa ngalahin momo dari Sikkim.

Pernah denger pepatah lama yang mengatakan "Kalau kurang pedes, tampar aja pake sendal jepit"..? Cukup satu gigitan cabe di sikkim dan gue nggak perlu sendal jepit.


Monastery-monastery

Monastery nggak ada abisnya. Dari yang ukuran kecil sampai ukuran besar. Dari yang umurnya puluhan tahun sampai ratusan tahun. Dari yang harus dicapai melalui jalan setapak kecil sampai jalan beraspal keras dan lebar. Dari yang cuma punya 2 pendeta sampai yang puluhan bahkan ada sekolahnya. Satu hal yang sepertinya sama, biasanya monastery dibangun di atas bukit.

Di Ravangla gue pergi ke manastery besar yang sedang direnovasi dan diperluas. Diharapkan selesai tahun 2012, komplek monastery ini akan jadi yang terbesar dan memiliki patung Budha tertinggi di Asia.

Setelah itu giliran Guru Rinpoche Monastery di Namchi. Cukup besar dengan patung Guru Rinpoche yang guede banget.

Berikutnya monastery di Bermiok. Monastery kecil, cuma ada satu pendeta tua yang mengepalainya dan satu murid yang pada waktu gue berkunjung sedang menghafalkan padma. Monastery yang umurnya sudah lebih dari 150 tahun ini letaknya terpencil di atas bukit, mulai ditinggalkan dan hampir dilupakan dan kekurangan dana perawatan. Pondok-pondok meditasi yang letaknya agak di bawah keliatan mulai rusak karna nggak kerawat dan sudah nggak lagi digunakan.

Monastery terahir yang gue kunjungin ada di Gangtok, Rumtek Monastery. Berbanding terbalik dengan yang ada di Bermiok, monastery ini betul-betul besar. Pintu masuknya pun dijaga oleh 3 orang tentara dan disini mereka minta passport gue buat diperiksa. Betul. Passport dan dokumen perjalanan gue diperiksa. Untung aja gue udah punya cap masuk Sikkim. Kalo nggak....

Kenapa Rumtek monastery dijaga segitu ketatnya? Karna monastery dengan ajaran Budha Tibet atau Tibetan Buddhist ini bisa dibilang tempat pelarian pendeta-pendeta Tibet. Biar lebih mudah dan gue nggak perlu capek-capek nulis disini, gue kasih link buat baca sejarah komplitnya http://en.wikipedia.org/wiki/Rumtek_Monastery. Yang hebatnya lagi, monastery ini mendapat bantuan secara tetap dari Steven Siegel. Iyaaaa pemain film ituuuu...

Di komplek ini ada sekolah untuk para calon pendeta lengkap dengan asrama. Besar banget, karna menampung lebih dari 200 pendeta dan calon pendeta.


North Sikkim

North Sikkim, daerah pegunungan, jadi tujuan perjalanan gue berikut. Sabar yaa.. Khancengjunga ada disana. Kaki-kakinya aja pasti keren banget.

Perjalanan kali ini belum selesai karna gue belum sampai ke utara.. Sayang. Tapi masih ada lain hari..



Jadi, sampai jumpa di Sikkim Utara.

Ada yang berminat jalan bareng?



...




Sunday, July 18, 2010

auschwitz - birkenau


Auschwitz - Birkenau, terletak di Polandia, saksi sejarah gelap masa pemerintahan Hitler dengan pasukan SS nya yang sampai sekarang pun masih menimbulkan reaksi emosional untuk berbagai kalangan.

Ada satu pertanyaan dari teman gue, begitu tau gue akan ke Auschwitz. "Wisata kok ke bekas penjara, tempat banyak nyawa dihilangkan?"

Hei, jalan-jalan kan bukan cuma berkunjung ke menara anu, klub itu, ngopi, nongkrog sampe malem, belanja sampe dompet ngap-ngapan. Jalan ke tempat yang punya latar belakang sejarah perlu juga. Dan Auschwitz - Birkenau merupakan salah satu tempat yang pengen banget gue datengin dari dulu.


Selain di wilayah Jerman sendiri, kamp konsentrasi atau bisa juga disebut penjara yang didirikan oleh tentara Nazi Jerman ini, juga terdapat di beberapa negara Eropa lain. Tujuannya untuk menempatkan para pelaku kriminal, kelompok-kelompok etnis tertentu dan warga Yahudi dalam satu area, dimana mereka diharuskan melakukan berbagai pekerjaan secara paksa termasuk harus menerima dengan suka rela bila mereka ditunjuk dengan hormat menjadi bagian dari berbagai percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan Jerman. Yaaa.. itu bahasa halusnya sih karna mereka sebenarnya dijadikan kelinci percobaan untuk berbagai macam obat baru, mesin baru, ini baru, itu baru. Daripada pake kelinci kan mending pake yang ada aja, mungkin begitu mereka berfikir saat itu.

Kamp konsentrasi dibedakan sesuai fungsinya. Ada concentration camp, labor camp, transit camp, collective camp dan yang paling seram ya extermination camp. Dari namanya aja udah kebayang kan apa yang terjadi di dalamnya. Auschwitz - Birkenau termasuk extermination camp dan merupakan yang terbesar. Jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 1 juta jiwa, ini pun diralat pada pengadilan militer di Nuremberg menjadi diperkirakan sebanyak 3 juta jiwa.


Camp konsentrasi Auschwitz - Birkenau saat ini menjadi museum yang masih menyisakan kesuraman dan kengerian di beberapa bagiannya. Coba bayangin satu ruangan berdinding kaca dengan ukuran kira-kira 3x7 meter yang isinya guntingan-guntingan rambut berwarna coklat, hitam, pirang yang banyak diantaranya masih berupa jalinan kepang utuh. Ruangan lain berisi sisir dan sikat rambut. Ruangan lain lagi berisi panci dan peralatan masak yang disita, koper-koper lengkap dengan isinya yang dipisah paksa dari pemiliknya, kaki palsu, kaca mata. Ribuan bahkan mungkin jutaan..

Saksi sejarah. Bikin hati miris sekaligus decak kagum. Miris oleh apa? Kagum pada siapa?
Kalian nggak akan bisa ngerasain ini sebelum liat langsung dengan mata kepala sendiri dan berimajinasi..





...


Saturday, July 17, 2010

europe. west to east

eropa timur. keren kedengerannya ya..

sebetulnya ini bukan yang pertama, karna sebelumnya gue pernah ke berlin bagian timur yang dulunya kan udah terhitung eropa timur juga. eh bener gitu nggak ya?

kalian pasti udah bisa nebak seperti yang udah-udah, perjalanan kali ini pun tanpa reservasi apa pun. nggak ada reservasi penerbangan, hotel atau wisata. gue tetep berpegang dengan moto senyampenya sedapetnya. jangan sebel bacanya karna hal ini ada latar belakang hubungan sebab akibatnya. seperti biasa kalo bepergian gue pake tiket belas kasih dari perusahaan tempat unggul kerja yang cuma bayar 10% dari harga resmi. tapi kompensasinya, status penerbangan gue nggak pernah confirm, selalu open ticket dengan status stand by. kalo penerbangan penuh ya gue nggak bisa diangkut. jadi, gimana juga gue mau bikin reservasi hotel dan sebagainya? udah booking tapi ternyata terlambat datang kan rugi dong gue. begitu sobat... tapi tetep, peraturan wajib nomer 1, tanpa reservasi bukan berarti tanpa persiapan apa pun dan jangan sampe repot di jalan kan.

rencana perjalanan kali ini doha - amsterdam - praha - krakow - frankfurt - doha. wow... keren banget nggak sih. akan dimulai tanggal 24 juni. tapi ya itu lah. rencana tinggal rencana. ternyata penerbangan doha - amsterdam malam itu penuh nuh. yang berarti kita musti nunda dan kehilangan waktu 2 malem. nasiiiiib... sayangnya lagi kita musti pulang sesuai jadwal yang berarti musti ada yang dikurangin waktu kunjungnya atau malah dihilangkan sama sekali. ahirnya dengan setengah hati disepakati dan diputuskan kunjungan ke praha yang harus ditunda walaupun sebenernya dari amsterdam ke krakow tetap harus transit di praha dulu.


3 hari di Amsterdam

Unggul said "banyak temen banyak rejeki",

bener banget. terbukti kebenarannya. contohnya nih, ada teman unggul yang memang tinggal di amsterdam. waktu kita telpon minta tolong untuk di-booking-kan hotel, tiba-tiba aja Ricky nawarin kita bertiga buat tinggal di rumahnya selama 4 hari kita jalan disana, horeeeee..

"nggak ngerepotin asal nggak setaun tinggalnya" gitu kata ricky. hahaha... gila aja kalo setaun mas.. kalian bisa ngebayang kan seberapa besar penghematan yang bisa kita buat. ongkos hotel 4 hari teman ckckck... bisa buat jalan dan makan.

jam 7 pagi KLM landing di Schipol, cap passport, ambil komper, keluar dan Ricky udah nyengir dari balik kaca. ini bener-bener ketemu ricky langsung tatap muka buat yang pertama kalinya. hari sabtu hari libur. sampai di rumah ricky baru jam 8 pagi, masih sepi, nggak ada suara, sepi banget. ooooo... rupanya sisil dan cleo masih tidur. rumahnya ada di lantai 2 dengan tangga kayu. duuuuh... tiba-tiba jadi ngerasa tadi kita bikin keributan heboh. glodak-gladok, kriyat-kriyet angkat koper pagi-pagi, sementara orang masih asik tidur.

ricky orangnya asik. baru sekali ini ketemu muka dan kita nggak ngerasa canggung sama sekali, nggak seperti barusan kenal. kira-kira setengah jam kemudian tiba-tiba ada muka kecil lucu baru bangun tidur ngintip dari pintu. cleo. anaknya ricky. malu-malu ngambek gitu. hihihi... dia ngoceh pake bahasa belanda kita pake bahasa indonesia, ricky yang jadi penerjemah dua arah. nggak lama sisil istrinya ricky masuk ruang tamu "slamat pagi..." katanya. waaah.. ternyata sisil cukup baik berbahasa indonesia. pagi yang tadinya sepi tanpa suara langsung berubah jadi rame, teh keluar, pisang goreng keluar, cake keluar, biskuit keluar. baru sadar kalo ternyata kita sebenernya lapar... danke sil...

jam 10 pagi kita mulai jalan keluar tanpa sisil dan cleo karna sisil udah ada janji lain. di jalan ricky telpon-telpon "bla..bla..bla... ya udah kita ketemuan disana ya.. duiii". janjian ketemuan sama moses di satu tempat. sambil jalan sambil motret. seperti yang udah-udah gue suka terserang demam panggung dan nggak ngerti mau motret apaan. biasa laaaah... terlalu banyak yang bagus-bagus malah bikin gagu hehehe..

jalan, jalan, jalan dan jalan... sampe lah kita di tempat yang dijanjikan buat ketemu moses. loh.. kok rame? ternyata selain moses ada arum, sam, dan om rolan. semuanya baru kali pertama ketemu muka dan ternyata semua rame, ancur dan asik. beres.

jalan, jalan, jalan dan jalan cuma berhenti pas jam makan siang. itu pun sebenernya udah lewat jauh karna udah jam 3 sore. nggak berasa udah jalan segitu lama. makannya sumpah keren banget. selesai makan? ya jalan lagi, namanya juga jalan-jalan kan. tujuan berikut Public Library Amsterdam. hmmm... ternyata keren abis! bayangin aja, perpustakaan ini dikelola oleh negara dalam arti yang sebenarnya. nggak cuma nyaman tapi bisa dibilang mewah. buku gue rasa jumlahnya ribuan, komputer dengan akses internet cepat tersedia di setiap lantai, media visual nggak keitung plus ruangan yang enak banget dengan kursi-kursi empuk. di lantai bawah ada ruangan khusus untuk anak-anak lengkap dengan ruang teater dan ruang mendongeng. disediakan juga piano buat yang mau pamer kepiawaiannya bermain. lantai 7 paling atas ada restoran berbalkon luar dengan sajian menu yang bikin ngiler. mungkin kalo gue tinggal disana bisa tiap hari ngabisin waktu berjam-jam di perpustakaan dan akan jarang pulang ke rumah. buku ada, makan gampang, tidur tinggal merem, komputer banyak, pingin pipis tinggal pilih. hmmm...

dari perpustakaan kita masih nongkrong lagi buat ngopi. enak sih masih terang. setelah itu baru pulang, sampe rumah jam 11 malem. woooow... 12 jam penuh jalan kaki. hebat.

selesai hari pertama.

pagi ini hari kedua. bangun kesiangan hehehe... cape jalan seharian kemarin. rencananya mau ke taman kota ditemenin sama ricky dan cleo setelah itu di drop di daerah musium dan kita jalan bertiga aja.

ini kali pertama gue ke amsterdam. kesian yaaaa.. keti udah pernah sama teman-temannya, unggul udah beberapa kali. mereka dengan semangat ngajak ke musium Madame Tussaud. bukannya udah pernah di hong kong? bukannya isinya sama aja? meskipun beda dikit? kompak mereka ngeracunin gue "yang ini lain. beda. ada serem-seremnya. ditakut-takutin. dikaget-kagetin. seruuuu.."

ya ampuuuuun... kalo cuma mau ditakut-takutin ya masuk aja ke rumah hantu di pasar malem. dijamin ketakutan! tapi gue penasaran juga. hahaha... ternyata seru juga dikaget-kagetin di belanda, beda sama di pasar malem..

keluar musium, bingung mau kemana lagi. ya sudah jalan, jalan, jalan dan jalan aja lagi.. lumayan jauh juga. sebenernya sih karna kita nyari rumah makan cina yang kemaren yang makanannya enak banget. karna kemarin rame-rame dan tinggal ikut kayaknya kok deket. ternyata lumayan muter jauh juga. tapi ahirnya ketemu dan makan enak lagi kita malem itu.

sampe rumah jam 10 malem lagi. 12 jam lagi kita jalan. kaki udah mau copot. mandi dan tidur. selesai hari kedua.

hari ketiga dan terahir di belanda. musti bangun pagi karna kita mau ke den haag. ricky udah nggak keliatan karna dia berangkat pagi-pagi buta dan jam 8 kita ikut sisil yang mau ke kantor dan cleo yang mau sekolah sampai stasiun amstel. naik kereta jam 9 dengan tujuan Madurodam.

Taman Mini Belanda. pagi itu matahari jor-joran ngeluarin panas.. gila panas banget! namanya juga taman mini, jadi nggak ada pohon besar yang bisa dipake buat neduh. ampuuuun... untung arealnya nggak besar. jadi kita juga nggak terlalu lama muter disana.

ke old town di den haag buat cari makan siang, muter sebentar dan langsung ke stasiun kereta balik ke amsterdam lagi. udah janjian sama ricky sore itu mau ke heineken musium. hmmm.. keren kayaknya ya.

sampe rumah ricky masih jam 4 sore dan ternyata hari itu jadwal pertandingan Belanda vs Slovakia di World Cup 2010. jadi deh kita nonton dulu. selesai nonton kita buru2 naik tram ke heineken musium. yaaah.. untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. sampe musium ternyata paaaas banget tutup. hueeeeh... batal deh liat cara pembuatan bir. ganti rencana, ahirnya diputuskan untuk cari makan malam aja dan pulang nggak terlalu malam karna besok pagi-pagi sekali kita berangkat meninggalkan Belanda menuju Polandia. restorant suriname jadi pilihan untuk malam itu.

itu lah hebatnya belanda. restoran suriname ternyata punya daftar menu makanan yang nggak kalah meriah. ada eis dawet, pitjel, pork qou lu yook, kerupook. eis dawet itu ya es dawet, pitjel itu sama dengan pecel dan pork qpu lu yook nggak lain dari daging babi masak kuluyuk dan kerupook nggak usah dijelasin lah. hihihi... pecelnya rasa pecel jawa banget!

kenyang dan pulang. di rumah kita pamit-pamit sama cleo dan sisil. Sisil ogah bangun pagi-pagi buta karna harus ngantor.. hehehe.

terima kasih ricky, sisil dan cleo. off we go...


2 jam di Praha

hahaha... cuma punya waktu 2 jam buat transit sebelum terbang menuju Krakow. nggak mau rugi, setelah ambil koper kita keluar terminal buat liat-liat seputar bandara. Cuma seputar area bandara aja. Selain cuma punya waktu terbatas, kita juga musti nenteng bawaan. Jadi nggak bisa jauh-jauh. Padahal konon banyak yang bisa diliat disini. Lain waktu...


3 hari di Krakow, Poland

Pingin ke Polandia, waktu kunjungan terbatas, banyak yang mau diliat dan dikunjungi, ahirnya pilihan jatuh ke Krakow. Kota besar kedua setelah Warsawa dan merupakan kota wajib kunjungan. Kenapa? Sabar sebentar lagi akan gue ceritain...Krakow salah satu kota besar dan tua di Polandia. Pada waktu perang dunia II juga mengalami masa sulit dan rusak akibat pemboman, meskipun nggak sehancur Warsawa. Mungkin yang agak 'menguntungkan' karna agak di luar kota ada kamp konsentrasi Jerman berukuran besar.Sama seperti kota-kota di Eropa, Krakow dipenuhi dengan bangunan-bangunan dan gereja yang umurnya sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Walaupun transportasi umum nggak semudah di wilayah barat tapi taksi mudah ditemukan dan ongkosnya pun nggak terlalu mahal.Karna waktu yang terbatas dan banyak banget yang pingin diliat termasuk janji ketemu temannya Unggul yang tinggal disana, ahirnya diputuskan buat ambil paket tur ke 2 tempat dalam sehari.
Krakow

Di pusat kota banyak yang bisa diliat dan lokasinya mudah dicapai dengan jalan kaki atau naik tram. Karna hotel tempat gue bermalam agak di luar dan jauh, pulang pergi dari dan ke pusat kota gue pake taksi.

Wawel Royal Castel and Cathedral wajib kunjung. Kastil super luas ini berdiri di atas bukit yang terdiri dari beberapa bangunan, terhubung dengan jalan lebar dan halaman yang sepertinya nggak habis-habis. Di dalam halaman kastil ada Katedral yang masih dipakai untuk misa.

Pada masanya dulu para bangsawan dan anggota kerajaan bertempat tinggal, dinobatkan sebagai raja dan petinggi kerajaan di kastil besar ini. Bahkan sebagian besar yang meninggal pun dimakam kan di bagian bawah tanah Katedral. Segala jenis persenjataan dan mahkota pun disimpan disana. Jadi bisa dibayangkan hidup dan mati mereka nggak pernah keluar dari pagar komplek Wawel Castel.

Yang agak mencengangkan, ternyata disana pun ada lubang naga. Dragon's Den. Gua atau lubang di bagian kaki bukit ini dipercaya sebagai tempat tinggal dan persembunyian si naga. Nah, si naga ini ternyata adalah penjaga sekaligus pelindung kastil. Sebagai tanda penghormatan di taman bagian luar pun dibangun patung berbentuk naga yang pada waktu tertentu bisa menyemburkan api. Ada-ada aja yaa...

Jewish Quarter nggak jauh dari Wawel Castel perlu dikunjungi dan enak buat nongkrong. Tempatnya nggak terlalu ramai tapi sayangnya pertokoan dan tempat makan tutup agak cepat.

Nasional Musium dan Photography Musium termasuk tempat wajib kunjung.

Pusat kehidupan Krakow ada di Grand Square atau Rynek Glowny atau sering juga disebut Main Market. Plasa yang bentuknya (sepertinya) melingkar ini betul-betul luas. Bisa dibilang pusat keramaian ya disini ini. Tempat nongkrong bertaburan, segala macam jenis hiburan ada, pendek kata kalau mau janjian ketemua yang gampang ya disini. Habis jalan kaki sepagian yang bikin kaki gue susah ditekuk, lalu ke Rynek buat nongkrong liat orang hilir mudik dan minum bir Poland duuuuh... nikmat banget.


Wieliczka Salt mine

Sebenernya ini tambang garam yang lokasinya jauh di dalam tanah. Hebatnya, cuma tambang garam tapi bisa dijadikan tempat wisata. Hebatnya lagi, pengunjungnya banyak banget. Apa yang bikin tambang garam ini hebat? Ternyata ini bukan cuma sekedar tambang garam tapi lebih menyerupai galeri dan musium. Nggak heran lah karna tambang ini masuk dalam daftar Keajaiban Dunia UNESCO.

Tambang garam ini umurnya udah lebih dari 900 tahun. Area yang dibuka untuk umum terletak di kedalaman 130 an meter sepanjang 2000 m. Waktu tempuh kira-kira 2 jam jalan kaki.

Bagian dalam tambang bener-bener seperti musium. Patung-patung garam yang menggambarkan para penambang dan proses pembuatan garam dibuat menyerupai bentuk dan ukuran asli. Konser musik sering digelar disana. Bayangin, jauh di dalam tanah, dinding, lantai dan atap yang berasa asin kalau dijilat, diadakan konser musik.

Bukan cuma itu, selain toko-toko souvenir dan restoran disana juga ada sanatorium untuk penderita asma daaaan... chapel-chapel bawah tanah dengan Chapel of Saint Kinga yang terbesar. Chapel ini begitu menakjubkan buat gue. Patung-patung ukuran kecil dan besar, ornamen lantai, dinding dan langit-langit semua dipahat dari batu garam. Nggak percaya? coba aja jilat. Semua rasanya asin. Kecuali lampu gantung kristal dan kabel listriknya yaaa..


Auschwitz - Birkenau

Kamp Konsentrasi Yahudi yang dibangun oleh Nazi Jerman pada saat Hitler berkuasa.

Gue nggak akan cerita panjang lebar tentang kamp ini. Kalian googling aja sendiri kalo mau tau tentang sejarahnya dengan komplit.

Ini gue kasih link nya http://en.auschwitz.org.pl/m/

Setelah kunjungan ke kamp konsentrasi ini gue pingin banget balik lagi pas lagi winter. Supaya ngerti gimana dinginnya kamp itu. Karna pada waktu summer pun tempat ini terasa sejuk dan nyamuknya gede-gede banget. Yang jelas pada jaman itu belum ada dan mereka pun pasti nggak ngerti ada yang namanya autan lotion anti nyamuk.


2 malam di Frankfurt

Dari barat ke timur balik lagi ke barat.Ya gue cuma menyesuaikan dengan jadwal pesawat dan rute buat balik ke Doha hehehe...
Yang seru memang jadwal jalan gue kali ini pas banget sama piala dunia. Dimana-mana demam bola. Dan beruntungnya lagi pas di Frankfurt pas banget sama jadwal tanding Jerman melawan Argentina. Jerman menang pula 4-0. Seru abis..!! Nongkrong bareng nonton di pinggir jalan sambil minum Paulaner, nggak ada yang lebih asik lagi. Bener..




Perjalanan kali ini selesai disini...





...


christmas in europe?


perjalanan ahir desember 2009 yang terlambat ditulis karna terkena serangan rasa malas dan komputer yang terkadang mati suri. idup nggak, mati nggak...

Natalan di Eropa? yeah, why not..

hmmm... itu kalo kalian belom pernah ngalamin sendiri. sama kayak gue waktu merencanakan perjalanan ke eropa bulan desember taun lalu. terlalu lugu. sedikit bloon malah hehehe...

jadi begini, gue berencana untuk jalan ke eropa bulan desember dengan pertimbangan pas lagi winter dan pas natalan. mau liat salju di depan gereja. aaah.. gue yakin kalian pasti sering banget liat kartu natal atau kartu pos dengan gambar gereja bermandikan cahaya lampu dengan salju berserak di depannya. keren banget kan... sukur-sukur, mana tau, gue bisa ketemu rudolf si rusa yang idungnya bisa nyala hihihi...

tapi ternyata bayangan dan daya hayal gue yang indah itu agak meleset dikit di lapangan. dikit aja kok dan nggak mengurangi kesenangan dan pengalaman yang gue dapet.

rute perjalanan kali ini adalah Swiss dan Austria.

tanggal 21 desember gue sama keti anak gue berangkat dari Doha menuju Zurich. Unggul nggak ikut karna belum cuti. seperti biasa gue selalu jalan tanpa reservasi perjalanan apa pun. nggak ada reservasi penerbangan, kereta, hotel atau wisata. senyampenya sedapetnya.. sepertinya itu moto yang cocok buat gue deh..

eh.. ntar dulu. tanpa reservasi bukan berarti tanpa persiapan apa pun dong. sebelum berangkat gue udah browsing dan nyatet sejumlah hotel murah meriah dengan perkiraan ketersediaan kamar pada tanggal selama gue disana. mau jalan kemana naik apa juga udah gue catet rapih. memang gue nggak pernah melakukan reservasi tapi gue nggak rela juga kalo kerepotan selama di jalan kan...

yang paling gampang cari chain hotel. kalo ternyata meleset di satu hotel biasanya mereka langsung dengan sigap mencarikan kamar di hotel lainnya. semua on line. gampang kan..


Zurich dan sekitarnya

setelah kira-kira 6 jam penerbangan, sampai lah kita zurich. ambil koper terus langsung cari internet gratis dan information. ternyata pake internet nggak gratis teman. musti bayar 2 EUR buat 10 menit. kenapa gue cari akses internet? buat ngecheck room availability di hotel-hotel yang udah gue siapin. klik.. klik.. jreeeeng.. anda beruntung. di hotel pilihan pertama masih ada kamar yang sesuai kebutuhan. setelah itu ke information. kenapa? buat tanya dimanakah kita harus berdiri nunggu shuttle bus hotel. "tuh disana", kata si embak... beres. masih harus nunggu 15 menit sebelum shuttle bus berikut dateng.

tarik koper, keluar terminal. brrrrrrrrr.... dingiiiiiiiiin. amit-amiiiiiit.. dingin banget..! salju dimana-mana. untung udah berpakaian anti dingin lengkap. gue sama keti langsung nyengir cekikikan.. saljuuuuu... keren. tapi nggak lama trus si keti masuk ke dalem lagi. "aku ke dalem bentar ya..". gue yakin dia mau nunggu di dalem karna kedinginan. gue liat petunjuk temperatur digital, ah.. cuma -3 doang.. dengan sombong gue mikir "duileeeee... baru segini aja udah kedinginan. gue dong tahan. hebat".

eh ternyata nggak lama dia udah keluar lagi. sambil cengengesan. dan kalian tau apa yang dia bawa? es krim! ya betul. es krim. di tengah dingin buta begitu, dia makan es krim. gue langsung nyembah-nyembah, hilang segala kesombongan gue tadi.

sambil nunggu bus dateng kita nggak malu-malu buat bertingkah senorak mungkin.. harap maklum sobat, ini kali pertama buat keti ngeliat salju. buat gue ini kali kedua setelah salju di himalaya dulu itu. tustel langsung keluar dari sarangnya. percaya deh sama gue, motret pake sarung tangan tebel itu susah bener. ditambah lagi sama jari yang bergetar kedinginan. musti ditiup-tiup, masuk kantong, segala cara gue kerjain supaya bisa motret hehehe...

hotel yang dituju nggak jauh. cuma 20 menit dari airport. kamarnya besar di area bebas merokok dengan jendela yang bisa dibuka lebar. ideal. tarok koper, nambah kaos selapis lagi, tustel siap dan dompet. baru jam 4 sore tapi udah mulai gelap kayak jam 6 sore. nggak buang waktu, kita langsung turun lagi ke bawah. mau maen salju. iya, dari jendela kamar keliatan salju dimana-mana, bertumpuk-tumpuk. mengundang.

di reception gue musti booking tour buat ke mount titlis besok pagi. sekali lagi, gue nggak mau buang waktu karna cuma punya 4 hari di swiss. ternyata nggak susah tuh buat ikut tour dan informasinya juga lengkap banget. bener-bener memudahkan pendatang. beres. sekarang waktunya main.

keluar hotel kedinginan lagi. tapi jadi nggak terlalu berasa. keti langsung nginjek-nginjek salju, ngeruk salju pake tangan. tanpa sarung tangan! anak gila! salju itu dingin, ngerti nggak siiiiiih. mana saljunya kotor banget item-item. ya iya lah kotor, lah wong di pinggir jalan. tapi gue nggak peduli. terserah mau ngapain. terseraaaaaah...

kebetulan banget hotel tempat kita nginep itu nggak jauh dari setasiun kereta, deket daerah perumahan, supermarket tinggal nyebrang, gereja tinggal nyebrang, keren kan. yang bikin tambah keren karna sedang suasana natal dimana-mana tiap rumah pasang lampu warna-warni di pohon atau sepanjang pager rumah. kereeeeeen banget.

sayangnya, hujan salju turun selama seminggu penuh dan berhenti tepat sebelum kita sampai di Zurich. nggak rejeki keujanan salju. cuaca sebetulnya agak menghangat buat ukuran mereka, buat gue ya tetep aja dingin.

puas jalan keliling liat-liat sekitar, udah waktunya balik ke hotel. mampir ke supermarket beli roti, ham, bir sama air mineral buat makan malem, sarapan dan sangu makan siang besok. air cukup sebotol aja karna setelah kosong bisa diisi air keran yang siap minum. eropa serba mahal. musti bisa atur siasat biar nggak tekor.

udah waktunya tidur. besok musti bangun pagi-pagi, ke kota buat ngumpul di meeting point.

Mount Titlis

jam 7 pagi gue udah melek, masih gelap masih ngantuk dan di luar pasti dingin banget. tapi musti bangun dan siap-siap karna musti kumpul jam 9. dari hotel ke setasiun kereta cuma jalan 5 menit aja sih. minum coklat panas enaaaaak banget.

duuuuh... bener kan di luar dingin. untung batre kamera cadangan udah gue bungkus pake kaos kaki wool biar anget hihihi... iya lah, batre itu sebagian dari nyawa gue. keabisan batre bisa nangis guling-guling gue. dari hotel ke kota pake kereta cuma 15 menit. jadi menurut itungan, gue punya waktu sejam buat nyari tempat kumpul. katanya sih nggak jauh dari zurich bahnhoff dan gue punya lebih dari cukup waktu. kalo orang jawa bilangnya turah.

turun kereta jam 8.05 langsung ke tempat informasi. tanya tempat yang gue tuju. hmmm... cilaka, sepertinya petugas pagi itu agak kurang yakin padahal gue udah tunjukin peta yang udah dilingkerin sama resepsionis hotel. dia bilang "ke kanan, keluar stasiun, belok kanan, luruuuuus aja. nanti kamu tinggal liat aja sebelah kanan. but I'm not so sure". nah loh, lo aja nggak yakin apa lagi gue?!

nggak ada pilihan karna buta jalan meskipun berbekal peta, gue ikutin petunjuk si ibu tadi. kanan, keluar, kanan, luruuuuuuus aja. karna masih pagi jalanan masih agak sepi. gue jalan luruuuuuus aja sampe 20 menit dan nggak ketemu apa-apa! orang yang bisa ditanya pun nggak keliatan. gue mulai terserang deg-degan. ahirnya gue putuskan untuk berhenti jalan dan nunggu orang lewat. ada orang horeeee.. mudah-mudahan dia tau jalan. dan sepertinya dia tau, dan sepertinya dia juga tau kalo gue tersesat dan sepertinya dia menganjurkan supaya gue balik lagi ke stasiun dan sepertinya dia bilang dari stasiun main hall gue musti ke kiri, keluar, belok kiri, luruuuuus aja trus belok kanan.

ya ampuuuuuun... tadi gue jalan 20 menit, nunggu si bapak ini kira-kira 5 menit dan musti balik ke stasiun 20 menit lagi, nyari jalan lagi.. ya nasib ya nasib... jangan sampe ketinggalan rombongan. udah jam 8.30 ini. kalian boleh kasian sama gue boleh nggak, boleh percaya boleh nggak tapi di udara sedingin itu gue keringetan. karna gue jalan ngebut sambil garuk-garuk kepala yang nggak gatel. kenapa? karna keti bisa tiba-tiba jalan dengan kekuatan kura-kura super. kalo aja badannya nggak lebih besar dari gue, udah gue gendong dari tadi kali.

bahnhoff main hall ke kiri, keluar, ke kiri lagi, luruuuus, belok kanan tengok kiri tengok kanan, itu dia! ya ampuuun... gue rasanya pengen guling-guling, pengen ngomel. dari stasiun ke tempat ngumpul cuma 10 menit doang. buang waktu 45 menit karna salah belok! brangkat lah. buruan.

ternyata rombongan lumayan banyak meskipun ternyata nggak semuanya ke titilis. jadi kita musti drop grup ini disini, grup itu disitu dan terahir baru grup gue. perjalanannya keren. dan setiap kali gue rasanya pengen brenti di tengah jalan, loncat keluar, motret. liat lapangan luas, putih ketutup salju, ada pohon yang cuma ranting doang, satu orang berdiri sama anjingnya, matahari, bayangan. 1x bangeeeet... apa itu 1x? besok-besok lah gue buatkan tulisan khusus mengenai itu.

di tengah perjalanan kita mampir dulu di Lucern 1 jam. gue liat-liat sembari motret, keti cari toko yang bisa dibelanjain. bukan, bukan butik ato toko barang-barang mahal. dia cari toko yang jual pernak pernik aneh. dapet topi paus sama tulang sepanjang tulang kering gue. anak umur 15 taun, bukannya belanja barang mahal kek malah beli tulang boongan.

sampe titlis jam 2 siang dikasih waktu 2 jam buat main dingin. seru! salju dimana-mana, angin gede banget, bikin kita berdua bertingkah norak setengah mati. kedinginan dan gue musti kemasukan sesuatu yang anget. periksa menu, muahalnya amit-amit. ahirnya gue beli segelas coklat anget aja karna udah punya bekal roti isi ham. keti? apa lagi kalo bukan es krim.

nggak terasa udah waktunya musti balik. jemput sana jemput sini, sampe di main bahnhoff jam 8 malem. cari makan malem di stasiun dapet roti dan bratwurst yang enak banget setelah itu balik ke hotel, tidur. mau ngapain lagi? udah malem kok.

Zurich Zoo

hari ini gue putuskan untuk jalan di kota. sebenernya sih supaya bisa bangun agak siang. cape juga nahan dingin kemaren. tujuannya ke kebun binatang, liat christmas market dan puter-puter sampe cape.

enaknya di swiss, kita beli karcis transport itu cukup sekali aja buat pergi pulang dan karcis itu berlaku buat segala bentuk transportasi umum di dalam kota naik turun seharian sampe bosen. jadi gue beli karcis kereta ke kota bisa buat tram juga. nggak susah kan.

tiket masuk kebun binatang Zurich lumayan mahal tapi ternyata gue nggak merasa dirugikan sama sekali. berada di area yang sangat luas dengan fasilitas yang terawat baik menjadikan kunjungan ke kebun binatang kali ini sangat menarik. Binatang dari berbagai belahan dunia termasuk dari negara tropis kelihatan sehat, gemuk, sejahtera dan bahagia. berbagai atraksi yang dikemas sedemikian rupa melibatkan pawang, binatang dan pengunjung menjadi salah satu acara yang ditunggu-tunggu.

Pendek kata, jangan membayangkan kebung binatang ini dengan apa yang ada di Jakarta. Pendek kata, kunjungan ke kebun binatang jadi salah satu tujuan wajib.

Jungfrau Joch,

Tujuan berikut Jungfrau Joch. Karna sudah mulai ngerti kalau mau kemana naik apa dan gimana, kali ini gue putuskan untuk jalan sendiri pake kereta. Dan ternyata pilihan gue bener banget. Sama sekali nggak ada susahnya. Tinggal pergi ke kantor tiket di stasiun, kita bilang tujuan kita mau kemana, petugas langsung membantu. Bukan cuma jual beli tiket tapi termasuk memberikan alternatif perjalanan termudah, tercepat dan termurah mencapai tujuan. keren kan...

Dari Zurich ke Jungfrau itu ternyata makan waktu 4 jam perjalanan. Karna pas winter kereta dipenuhi dengan ransel, papan ski, sepatu boot khusus dan orang-orang yang siap tempur melawan salju dan dingin dengan jaket super tebal. Asik banget ngeliatnya. Ngebayangin anak-anak ABG di jakarta kalau lagi liburan yang ngertinya cuma jalan ke mall plus dandanan dan penampilan centilnya miris juga rasanya. Disana ngeliat ABG yang jalan sendiri atau berombongan repot-repot keberatan gendong ransel, bawa papan ski atau snow board, berkalung sepatu boot yang gedenya bisa bikin pingsan sambil ngunyah roti bukan hal yang aneh. Coba kalo di jakarta, gendong ransel segede gerbong bisa diliatin orang satu bis dengan sorot mata yang menggambarkan bahwa kita adalah orang paling aneh sedunia. hmmm...

Karna lagi winter, di Jungrau angin bertiup kenceng banget, hujan salju turun lumayan dan suhu turun mencapai 14 derajat celcius dibawah titik beku dan udah pasti nggak keliatan apa-apa. Area yang dibuka dan bisa dikunjungi pun sangat terbatas.

Tapi gue nggak kecewa kok. Perjalanan menuju kesana keren banget sih. Balik ke Zurich ya udah gelap sih, nggak keliatan apa-apa. Tapi tetep berguna kok. 4 jam kan bisa buat tidur hehehe...


Lucern

Tepat tanggal 25 Desember. Tepat di hari Natal.

S E P I . . .

Stasiun kereta sepi. Jalanan sepi. Toko-toko tutup. Tempat makan tutup. hahaha...

Malam Natal gue masuk ke gereja yang paling deket dari hotel. Ternyata itu gereja Katolik yang mengadakan misa Natal dengan bahasa pengantar Jerman. Meski nggak ada satu kata pun yang gue ngerti tapi tetep berasa Natal buat gue. Apalagi setelah misa selesai semua orang saling mengucapkan selamat dan takjub ngeliat kita berdua. Kalo dibanding mereka, badan kita berdua kan jadi kecil liliput tuh, muka asia, cuma bisa ngomong inggris, tapi ikut misa. Ya gue bilang meskipun cuma bisa ikut prosesi tanpa ngerti satu kalimat pun gue seneng bisa ikut misa di gereja itu. Mereka ketawa, jabat tangan bahkan ada satu dua yang kasih pelukan. Senangnya..

Dan pagi berikut, Lucern seperti kota mati. Nggak ada satu pintu toko pun yang terbuka, jalanan lengang dan cuma keliatan sedikit orang. Tapi ternyata makin siang makin banyak orang berdatangan. Ya nggak ngapa-ngapain, cuma jalan-jalan aja. Jadi berasa seperti tersesat rame-rame..

Vienna

Zurich - Vienna dengan kereta api lintas Alpen, 8 jam perjalanan. Bikin bete? Siapa bilang. Dengan melintasai pegunungan Alpen yang saat itu didominasi salju warna putih, nggak akan bikin bosen kecuali memang kalian nggak suka pegunungan. Belum lagi kereta yang penuh dengan anak-anak ABG, muda-mudi, keluarga komplit plus gembolannya yang segunung plus peralatan ski atau snowboard merupakan objek yang menarik buat ditonton. Gue jadi kasaian deh sama anak-anak muda yang cuma senengnya nongkrong di mall, gosip-gosip nggak jelas, ngopi-ngopi nggak perlu, menye-menye. Aduuuuuh...

Sampe Vienna udah gelap meskipun baru jam 5 sore, ketemu Unggul di stasiun kereta. Langsung ke hotel tujuan. Here comes trouble... hehehe.. ternyata di hotel itu nggak ada triple room yang kosong. Untungnya, seperti biasa sebelum berangkat gue udah siap dengan daftar hotel-hotel yang diperkirakan masih punya triple room kosong. Dan chain hotel teman. Jangan lupa. Memudahkan kita banget. Receptionist di hotel pertama tinggal angkat telphone ke salah satu chain nya, voilaaa.. dapet deh.

Seperti tipikal kota-kota di Eropa, Vienna pun dipenuhi dengan bangunan tua yang masih terawat baik dan enak buat dikunjungin karna memang difungsikan sebagai museum supaya kita bisa mempelajari banyak hal terutama sejarah masa lalu. Dan seperti di Zurich karna masih dalam suasana Natal dan menjelang pergantian tahun, Vienna pun sepiiiii... cuma keliatan turis. Gue rasa penduduk kota banyak yang sedang berlibur ke gunung buat main ski. Apalagi pada bulan Januari akan diselenggarakan olimpiade musim dingin di Innsburg.

3 hari di Vienna isinya jalan, jalan dan jalan.. Dari hotel pagi keliling kota balik lagi ke hotel udah gelap. Karna kita pemakan segala jadi nggak sulit juga buat cari makan. ssst... tapi kita sempat nemu Chinnese restaurant yang enak banget. Setelah sosis dan roti tiap hari, nemu nasi plus temannya ternyata berasa masuk surga.. hahaha.




...



Friday, October 30, 2009

Friday, October 23, 2009

trekking the Himalaya 1

Photobucket

Okei gue akan bikin ringkes karna perjalanan gue kali ini menghabiskan total 16 hari termasuk singgah di Bangkok 2 malem dan leyeh-leyeh di Kathmandu 2 malem.

Yaaaay… gue ke Nepal. Tempat idaman kesekian yang ahirnya kesampean juga gue injek setelah memendam hasrat bertahun-tahun. Dan yang lebih keren lagi, gue nggak akan cuma nongkrong nggak jelas di beberapa kota aduhai di Nepal. Bukan itu tujuan gue. Gue akan trekking ke daerah Himalaya. Yang lebih keren lagi nih trekking kali ini gue berdua Unggul hahaha… keren kaaaan…

Temans mohon maaf sepertinya gue akan gagal menulis perjalanan ini dengan ringkes, karna emang banyak banget crita yang mau gue bagi. Iya.. iya... gue ngerti kalian nggak punya banyak waktu buat baca. Tapi gini, gue janji ini akan menarik. Bener-bener menarik dan gue jamin kalian akan bercucuran air mata karna ngiri setelah baca dan liat foto-fotonya hahahaha.... Lagi pula daripada beli buku Everest Trekking Maps and Complete Guide keluaran Milestone Books mending baca blog gue aja.. beda tipis lah.. Hmmm… mungkin nggak ya tulisan gue ini naik cetak dibikin jadi buku panduan? Hehehehehe… Tujuan baik, jalan baik, berahir baik.. Setuju?!

Baiklah gue mulai dengan...

Sejarah kenapa gue kembali ke gunung dan persiapannya

Dulu, kira-kira 20 tahun lebih yang lalu, gue adalah seorang penikmat perjalanan dari desa ke desa dan gunung. Dulu, setiap week-end ke gunung Gede bukan hal aneh buat gue. Dulu, kalo ada yang ngajak gue jalan seminggu atau bahkan 10 hari akan gue jabanin dengan riang gembira. Setelah itu, seperti putri salju yang keselek apel lalu tertidur, gue keselek mangga dan tertidur juga. Lamaaaaa banget.. saking lamanya gue sampe lupa dengan rasa betapa senangnya melakukan perjalanan itu. Lalu, kira-kira ahir tahun lalu, sang mangga tiba-tiba mengeluarkan diri dan gue terbangun. Lalu, gue merencanakan sebuah perjalanan dahsyat yang ternyata disambut dengan gembira pula oleh Unggul. Kalo putri salju bangun tidur merem melek dulu kan, nah gue nggak. Begitu bangun gue langsung loncat setinggi-tingginya.

Rencana perjalanan kali ini gue siapin dengan amat sangat serius. Nomer satu olah raga. Selama “tertidur” bertahun-tahun mana pernah gue olah raga. Mulai awal tahun gue olah raga. Lari maksut gue jogging setiap hari. Mulanya cuma mampu 10 menit, itupun udah bikin gue hampir mati. Lama-lama gue bisa lari 30 menit dan kemudian 1jam. Hebat! Menakjubkan! Betapa sesuatu bisa memotivasi seseorang sebegitu rupa. Nomer dua mencoba berhenti merokok walaupun gagal total!!

Gue juga rajin browsing, cari tau mengenai trekking di Nepal terutama di daerah Solukhumbu atau Everest region karna emang ke sana lah tujuan perjalanan gue. Pilih rute, lama perjalanan, perijinan, agensi.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, terutama usia (hehehe…), kondisi badan, daya tahan tubuh dan lain-lain, ahirnya gue memutuskan untuk menggunakan jasa agensi. Milih agensi pun ternyata nggak semudah yang gue kira, karma ternyata banyak banget agensi yang menawarkan berbagai macam paket trekking di Nepal.

Pucuk dicinta ulam tiba, rencana baik tujuan baik pasti jalannya juga baik. Ternyata ada satu kerabat Unggul yang tinggal di Kathmandu dan yang terbaik adalah istrinya adalah salah satu petinggi di sebuah agensi. Glacier Safari Treks. Tanpa pikir panjang dan pusing-pusing GST segera jadi pilihan. Korespondesi berlangsung selama kira-kira 6 bulan.

Rencana trekking bisa kita atur sendiri sesuai dengan keinginan kita. Mulai dari rute, lama perjalanan, penginapan dan lain-lain. Biaya juga disesuaikan dengan apa yang kita minta. Makin panjang, makin lama perjalanan ya makin mahal. Informasi yang gue dapet dari GST betul-betul komplit dan sangat membantu.

Ahirnya saat yang gue tunggu-tunggu datang juga. Horeeeeee….

Hari ke 1, 24 September 2009

Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju Bangkok, menginap 1 malam. Kenapa Bangkok? Begini, rute dari Jakarta ke Kathmandu yang paling mudah adalah melalui Bangkok. Nggak ada direct flight. Ada 2 pilihan yaitu, pertama Jakarta – Bangkok stay 1 malam kemudian hari berikut Bangkok – Kathmandu, dengan menggunakan Thay Airways. Kedua Jakarta – Bangkok dengan Thay Airways dan Bangkok – Kathmandu dengan Nepal Air. Gue pilih yang pertama dengan pertimbangan sederhana aja. Gue pingin mampir ke rumah makan Tawandeng buat menikmati pork nuckle dan german beer sebelum memulai trekking.. Tersenyum lah kalian membacanya... Hari itu gue masih merokok dengan nikmat.

patpo

Hari ke 2, 25 September 2009

Bangkok – Kathmandu TG 319 jam 10.35. Seperti sudah pernah gue ceritakan sebelumnya, penerbangan selama 3 jam dengan Thay Airways sungguh tidak terasa. Ahirnya jam 12.45 gue mendarat di Tribuvan Airport Kathmandu dan dengan segera gue akan menginjakkan kaki gue di tanah Nepal, tanah impian. Aaaah...

Untuk WNI yang mau masuk Nepal harus punya visa. Jangan kuatir, visa bisa diperoleh on arrival dan cukup mudah. Dengan membayar USD 25 untuk 15 hari multiple entry atau USD 40 untuk 30 hari multiple entry per orang, visa segera ditempel di passport dan kita bisa segera jalan-jalan. Antrian cukup panjang tapi tertib kok nggak ada yang nyelak. Padahal itu belum mulai trekking season karena waktu trekking terbaik adalah bulan Oktober-November. Bisa dibilang gue nyolong start duluan biar nggak terlalu rame di jalan.

2

Keluar Tribuvan Airport 2 orang staf GST sudah menunggu mengacung-acungkan selembar kertas bertuliskan Glacier Safari Treks – Unggul Luberizky. Wuaaah... sumpah baru sekali ini gue disambut sedemikian rupa. Jadi berasa orang penting hehehe... Masuk mobil segera menuju kantor GST untuk briefing. Ahirnya gue ketemu sama Amita, orang yang selama ini cuma gue kenal melalui email, Mr. Dhruba mantan trekking guide yang juga ayahnya Amita, M. Alexandre si Perancis direktur GST dan Bikram trekking guide gue. Ternyata briefing jadi berpanjang ke ngobrol kiri kanan. Nggak sadar. Puas ngobrol langsung menuju hotel buat istirahat sebentar dengan janji sore itu akan ketemu lagi dan jalan bareng Bikram untuk melengkapi barang bawaan yang masih kurang.

Jam 5.30 sore itu kita udah keluar hotel menuju daerah Thamel, jalan kaki cuma 15 menit. Area Thamel cukup luas. Di sini kita bisa nemuin banyak barang mulai dari kaos, souvenir, peralatan mounteneering standard sampe tinggat tinggi berbagai merek dari yang asli sampe oplosan alias palsu, dijual atau disewakan. Orang segala bangsa jalan bawa ransel segede gerbong kereta, bersandal jepit atau boots bukan pemandangan aneh.Warung makan pinggir jalan sampe restoran standard bule juga banyak, money changer berserakan. Pendek kata segala ada.
Photobucket

Gue musti nyewa sleeping bag karena memang nggak bawa. Jangan kuatir, barang yang disewakan dalam kondisi bersih, terawat dan memenuhi standard. Nggak terlalu mahal juga. Buat 12 hari gue cuma bayar USD 10. Bandingin kalo gue musti beli barang baru.

Photobucket

Hari itu ditutup dengan makan malam bertiga. Mix fried noodle, mix fried rice, fried momo, steam momo dan Nepal beer jadi menu makan malam. Badan berasa siap dan nggak sabar buat segera mulai perjalanan... Tidur.. tidur.. tidur... besok bangun pagi.